![]() |
Tik Gerak Jalan Romusha (baju kuning) ribut membuat rusuh di Gerak Jalan 17 Kilometer. |
Tanjungpinang — Seharusnya Sabtu (23/8) itu menjadi hari penuh sukacita. Kota Tanjungpinang diselimuti gegap gempita perayaan HUT ke-80 Kemerdekaan RI.
Ribuan warga memadati pinggiran jalan, anak-anak melambai-lambaikan bendera merah putih kecil, sementara barisan peserta gerak jalan 17 kilometer melangkah tegap dengan semangat yang membara.
Namun kebahagiaan itu mendadak hancur di Kilometer 3, Jalan MT. Haryono.
Tepat di depan kantor PDAM Tirta Kepri, suasana berubah ricuh. Dua tim peserta terlibat keributan hanya gara-gara senggolan.
Dari sekadar insiden kecil, berubah jadi saling dorong yang membuat warga yang menonton terperangah, kecewa, bahkan marah.
“Sedih kali lihatnya. Harusnya meriah, kenapa malah ribut,” ujar seorang warga dengan suara lirih, sembari menggendong anaknya yang ketakutan melihat keributan itu.
Kepala Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora) Tanjungpinang, Ruli, menyebut salah satu penyebab adalah tim bernama Romusha yang berlari dan menyenggol tim lain.
Ia menegaskan pihaknya akan memberi sanksi tegas. “Romusha akan kami diskualifikasi di semua ajang gerak jalan. Mereka sering buat rusuh,” ucapnya.
Pernyataan itu menambah rasa geram. Bagaimana tidak? Ajang yang seharusnya menanamkan sportivitas, disiplin, dan semangat juang justru dikotori oleh tindakan tak dewasa.
Lebih ironis, kericuhan ini terjadi di tengah peringatan hari kemerdekaan — momen sakral yang seharusnya menyatukan rakyat, bukan memecah mereka dengan ego dan amarah.
Apakah mereka lupa, bahwa gerak jalan bukan sekadar lomba? Setiap langkah sejauh 17 kilometer adalah simbol perjuangan bangsa.
Para pahlawan dulu berjalan dengan darah dan air mata demi meraih kemerdekaan.
Kini, di usia 80 tahun kemerdekaan, semangat itu justru dipermalukan oleh ulah segelintir peserta yang tak mampu menahan diri.
Sorak sorai rakyat yang semula membahana berubah jadi isak kecewa. Bendera yang tadinya berkibar penuh bangga seakan ikut tertunduk.
Tonton videonya disini:
Kericuhan itu bukan sekadar insiden sepele. Ia adalah cermin betapa bangsa ini masih mudah tersulut oleh ego.
Di tengah meriahnya kemerdekaan, pertanyaan getir pun menggantung: sudahkah kita benar-benar merdeka, bila masih terbelenggu amarah dan arogansi diri sendiri? (byu)
Tags
Tanjungpinang