![]() |
Suasana bazar ikan di Kijang, Kabupaten Bintan. |
Bintan - Laut Bintan adalah anugerah. Setiap pagi, nelayan berangkat dengan harapan, menembus gelombang, menebar jaring di lautan luas yang tak pernah pelit memberi hasil.
Ikan-ikan segar datang berlimpah, memenuhi keranjang-keranjang bambu di perahu mereka.
Namun, di balik limpahan rezeki itu, ada kisah getir yang menyayat hati—harga ikan sering jatuh, membuat keringat para nelayan tak sebanding dengan nilai yang mereka dapatkan.
Bayangkan, seekor ikan segar yang ditangkap dengan perjuangan melawan ombak, kadang hanya dihargai beberapa ribu rupiah di pasar.
Padahal, jika diolah menjadi produk bernilai tambah, harga ikan itu bisa berkali lipat. Di sinilah harapan baru muncul.
Kepala Dinas Perikanan Kabupaten Bintan, Fachrimsyah, melihat potensi itu. Dengan suara penuh keyakinan, ia berkata,
"Jika selama ini ikan hasil tangkapan langsung dijual, kini kita ingin ikan hasil tangkapan diolah terlebih dahulu sebelum dijual, sehingga nilai jualnya lebih tinggi.” ujar Fachrimsyah.
Kata-kata itu bukan sekadar program, tapi doa agar kehidupan nelayan Bintan bisa lebih baik.
Agar anak-anak mereka bisa sekolah lebih tinggi, agar dapur rumah nelayan tetap mengepul setiap hari, agar senyum di wajah istri nelayan tak lagi ditutup dengan rasa cemas akan harga ikan esok hari.
Langkah kecil itu diwujudkan melalui bazar produk pengolahan hasil perikanan di GOR Demang Lebar Daun Kijang pada 21–22 Agustus 2025.
Sebanyak 20 kelompok unit pengolahan ikan dari Bintan Timur ikut serta, membawa harapan dalam bentuk produk olahan: ikan asap, abon ikan, kerupuk ikan, hingga otak-otak yang harum menggoda.
Bazar ini bukan sekadar pameran. Ia adalah panggung harapan. Panggung untuk menunjukkan bahwa Bintan bukan hanya penghasil ikan, tapi juga tanah yang bisa melahirkan produk perikanan bernilai tinggi.
“Bintan adalah surganya ikan,” ujar Fachrim. Kalimat itu sederhana, tapi terasa getir bila kita ingat bahwa surga yang kaya ini masih sering diperlakukan murah di mata pasar.
Kini, perjuangan itu dimulai. Dari dapur-dapur sederhana kelompok pengolah ikan, dari tangan-tangan ibu nelayan yang mengolah hasil tangkapan dengan penuh cinta.
Mereka berharap, suatu hari nanti, ikan Bintan tak lagi hanya dijual mentah dengan harga rendah, tapi menjadi produk berkelas yang bisa mengangkat harkat hidup masyarakat pesisir.
Karena di balik setiap ikan yang diolah, tersimpan doa nelayan: semoga rezeki yang mereka bawa pulang dari laut, benar-benar bisa menghidupi keluarga dengan layak. (rat)
Tags
Bintan