![]() |
| Serda Dandang saat berdiskusi dengan personil BPBD Anambas untuk antisipasi bencana. |
Anambas - Di Kepulauan Anambas, hidup berdampingan dengan laut adalah anugerah sekaligus ujian. Keindahannya memikat mata, tetapi ombaknya kadang membawa derita.
Setiap musim penghujan, masyarakat di pesisir kerap menatap langit dengan cemas. Angin kencang dan gelombang tinggi bisa datang tanpa tanda. Rumah-rumah di tepi pantai pernah luluh lantak, perahu nelayan karam, bahkan ada nyawa yang hilang tersapu badai.
Kisah-kisah pilu itu masih segar di ingatan warga. Air mata ibu yang kehilangan anaknya, bapak yang meratapi sampannya yang hanyut, atau keluarga yang mendekap hampa karena rumah mereka rata diterjang banjir rob.
Namun, di tengah ancaman itu, ada harapan yang tumbuh. Harapan itu datang dari mereka yang rela berada di garda terdepan: TNI dan BPBD. Bagi mereka, tugas menjaga keselamatan rakyat adalah panggilan jiwa.
Selasa (16/9/2025), Kantor BPBD Anambas di Desa Tarempa Timur menjadi saksi sebuah langkah kecil yang penuh arti. Serda Dandang Suharyadi, prajurit Koramil 02/Tarempa, hadir untuk melaksanakan Komunikasi Sosial (Komsos) bersama personel BPBD.
Pertemuan itu sederhana. Tak ada sorotan lampu kamera atau panggung megah. Hanya meja, kursi, dan semangat untuk memperkuat sinergi. Tetapi justru dari kesederhanaan itulah lahir kekuatan besar.
“Di wilayah kepulauan seperti Anambas, bencana alam bisa datang kapan saja. Kita tak boleh lengah. Sinergi adalah kunci agar kita mampu bergerak cepat saat darurat,” tutur Serda Dandang dengan penuh kesungguhan.
Kata-katanya menampar kesadaran. Sebab benar, tak ada yang bisa berdiri sendiri. BPBD dengan segala keterbatasan, TNI dengan kecepatan dan kedisiplinan, masyarakat dengan kearifan lokal—semua harus berpadu menjadi satu.
Personel BPBD menyambut hangat kehadiran TNI. Mereka tahu, dalam situasi bencana, bantuan tenaga, logistik, dan koordinasi lapangan dari prajurit sangat berarti. Dukungan itu seringkali menjadi pembeda antara nyawa yang selamat dan yang hilang.
Diskusi mengalir ringan namun sarat makna. Mereka membahas jalur evakuasi, kesiapan peralatan, hingga pola komunikasi darurat.
Seolah membayangkan skenario terburuk, mereka menyusun langkah-langkah agar masyarakat tak lagi harus kehilangan yang mereka cintai.
Bayangkan jika sinergi ini tidak ada. Sebuah desa terisolasi bisa berhari-hari menunggu bantuan.
Sementara di sana, ada anak kecil yang kedinginan, ada lansia yang menahan lapar, dan ada keluarga yang menatap rumah mereka hancur tanpa tahu harus bagaimana.
Itulah mengapa pertemuan seperti ini penting. Bukan sekadar formalitas, tetapi fondasi nyata agar koordinasi di lapangan lebih cepat dan tepat.
Serda Dandang menyadari, tugas menjaga Anambas bukanlah tugas ringan. Laut yang luas, pulau yang terpencar, cuaca yang sulit diprediksi—semuanya adalah tantangan berat. Namun, bagi seorang prajurit, tantangan bukanlah alasan untuk mundur.
“Selama kita bersatu, tidak ada bencana yang tak bisa kita hadapi. TNI akan selalu siap mendampingi masyarakat,” ucapnya dengan suara mantap, seolah menyuntikkan semangat pada siapa pun yang mendengarnya.
Ucapan itu disambut dengan rasa optimis. BPBD merasa tidak sendiri, dan masyarakat pun bisa merasa lebih tenang. Karena mereka tahu, ada pasukan yang selalu siap sedia kapan pun darurat melanda.
Kegiatan Komsos itu diakhiri dengan obrolan santai. Senyum dan tawa kecil mengiringi kelegaan, seakan badai yang sering mengancam bisa sedikit diredam oleh kehangatan kebersamaan.
Di luar ruangan, laut tampak tenang sore itu. Ombak bergelombang lembut, seakan mendengar percakapan yang baru saja terjadi. Laut yang dulu membawa duka, kini seakan memberi pesan: persatuan adalah perisai paling ampuh.
Masyarakat Anambas pun boleh berharap, bahwa dengan sinergi kuat antara TNI dan BPBD, mereka tidak lagi sendirian menghadapi ujian alam. Bersama, mereka bisa lebih tangguh, lebih siap, dan lebih berani menghadapi masa depan.
Karena pada akhirnya, bencana memang bisa meruntuhkan rumah dan harta. Namun selama ada sinergi dan semangat, Anambas tak akan pernah kehilangan harapan. (san)
Tags
Anambas
