![]() |
Ihsan Imaduddin |
Anambas – Sosok Ihsan Imaduddin menjadi perbincangan hangat di kalangan masyarakat Kepulauan Riau, khususnya di wilayah perbatasan.
Dikenal sebagai mantan ajudan Gubernur Kepri (waktu itu Isdianto), Ihsan kini memilih jalan hidup yang berbeda: menjadi jurnalis dan mengabdi di daerah terpencil, tepatnya di Kabupaten Kepulauan Anambas.
Langkah Ihsan ini bukan tanpa alasan. Dengan latar belakang kedekatannya dengan birokrasi dan pengalaman mendampingi pucuk pimpinan provinsi, Ihsan memahami betul pentingnya menyuarakan suara masyarakat perbatasan yang selama ini kerap terpinggirkan dari sorotan media arus utama.
"Ini bukan soal popularitas, tapi soal tanggung jawab. Saya melihat sendiri bagaimana masyarakat perbatasan butuh didengar. Dan saya memilih menjadi bagian dari itu," ujar Ihsan saat ditemui di Tarempa.
Pemuda kelahiran Tanjungpinang ini sempat ditawari untuk melanjutkan pengabdian di Pemprov Kepri, namun ia memilih setia mendampingi Isdianto dalam pertarungan Pemilihan Legislatif (Pileg ) DPR RI 2024 dari Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). Sebelum sempat memutuskan terjun ke dunia jurnalistik bergabung dengan Batam Pos.
Ihsan juga pada awal tahun 2024 lalu sempat masuk dalam radar Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) untuk dimajukan sebagai calon Wakil Bupati Lingga pada Pilkada 2024. Namun partai besutan Abdul Muhaimain Iskandar itu pilih merapat ke petahana, Muhammad Nizar.
Perjalanan karier Ihsan yang awalnya lekat dengan protokoler, seremonial pemerintahan, hingga dunia Gedung Daerah Gubernur, kini berubah drastis.
Ia lebih sering terlihat dengan kamera di tangan, mencatat dan memotret peristiwa yang terjadi di pelosok kampung, dermaga nelayan, hingga musyawarah adat.
Sebagai jurnalis yang bertugas di wilayah perbatasan, Ihsan aktif menulis isu-isu strategis terkait pembangunan daerah tertinggal, potensi ekonomi laut, hingga kisah inspiratif warga perbatasan yang jarang terungkap ke publik.
Tak sedikit pihak yang mengapresiasi langkah Ihsan. Ia dinilai memberi warna baru dalam dunia jurnalistik lokal, dengan pendekatan personal dan kedalaman narasi yang ia bangun dari pengalaman langsung di lapangan.
"Ihsan bukan sekadar menulis berita, dia hidup bersama berita itu. Dia mencatat denyut nadi perbatasan dengan empati," ujar salah satu tokoh masyarakat Anambas.
Dengan semangat pengabdian dan idealisme yang ia bawa, Ihsan Imaduddin menjadi contoh nyata bahwa peran jurnalis bukan hanya sebagai penyampai informasi, tapi juga sebagai penghubung harapan masyarakat dengan pemangku kebijakan.
Kini, dari balik layar media di perbatasan, Ihsan terus berkarya — menyuarakan kebenaran, memperjuangkan keadilan, dan menyatukan jarak antara pusat dan pinggiran melalui tulisan.
(Roni Nainggolan)