![]() |
Korban kecelakaan, Bos Bobi (30) saat dievakuasi pihak RSUD Tarempa. Foto: Firman |
Anambas - Sore itu, Rabu (10/9), langit Tarempa masih teduh. Angin laut berhembus lembut menyapu wajah warga yang melintas di Jembatan Selayang Pandang.
Namun ketenangan mendadak pecah ketika suara benturan keras memecah udara.
Seorang pria muda, Bos Bobi Setiawan (30), terhempas bersama motornya ke pagar jembatan.
Bobi mengendarai sepeda motor N-Max barunya, yang nomor polisinya masih mengilap: BP 5512 YX.
Motor itu baru sebulan keluar dari dealer. Sayangnya, hari itu kendaraan baru tersebut justru menjadi saksi bisu atas sebuah kecerobohan besar.
“Dia bawa motor kencang, seperti melamun. Pas di tikungan, langsung hilang kendali dan menabrak pagar,” tutur Kusmiyadi, saksi mata, dengan nada masih terkejut.
Benturan begitu kuat. Tujuh unit beton pembatas jembatan hancur, sebagian terkelupas. Motor yang baru dibanggakan Bobi hancur di bagian depan.
Sementara tubuhnya terpental, tersangkut di pagar besi sebelah kanan. Dari mulutnya keluar jeritan minta tolong yang bercampur tangis. Warga yang mendengar panik berlarian.
“Kami langsung bantu dia, meski kondisi parah. Tapi jujur, semua kaget, apalagi dia masih sempat menangis keras,” kata Kusmiyadi lagi.
Di balik kepanikan itu, terselip rasa getir. Bobi diduga mengendarai motor dalam keadaan mabuk.
Bau alkohol menyengat dari mulutnya saat ia dilarikan ke RSUD Tarempa. Tubuhnya memang selamat, tapi harga yang harus dibayar tak ringan.
Satu tulang rusuknya patah, dan rasa sakitnya tentu akan terus ia ingat.
Ironisnya, di rumah sakit, seorang tenaga medis yang masih memiliki hubungan keluarga dengannya tak mampu menyembunyikan kekesalan.
Baginya, kecelakaan ini bukan hanya soal luka, tapi juga soal kecerobohan yang bisa saja merenggut nyawa.
“Kalau saja warga tidak cepat menolong, mungkin ceritanya akan lain,” ujar salah satu petugas medis pelan.
Kanit Lantas Polres Anambas, Aipda Singgih Pamungkas, pun menegaskan fakta pahit itu.
“Setelah dicek oleh anggota, benar korban dalam keadaan mabuk,” katanya lugas.
Pernyataan ini menjadi kunci: bahwa tragedi sore itu adalah akibat pilihan keliru seorang pemuda.
Kini, Bobi terbaring lemah di ranjang rumah sakit. Motornya rusak berat. Pagar jembatan yang megah itu pun menyimpan bekas luka.
Namun luka terbesar sesungguhnya ada di hati orang-orang terdekatnya. Mereka harus menanggung malu sekaligus cemas atas nasib Bobi.
Peristiwa ini adalah peringatan. Jalan raya bukanlah tempat untuk kesombongan atau pelampiasan.
Alkohol bukanlah teman yang aman untuk pengendara. Satu kesalahan kecil bisa merenggut nyawa, meninggalkan duka, dan menorehkan sesal panjang.
Di balik pagar jembatan yang retak, masyarakat Tarempa belajar: hidup adalah tentang kendali.
Jika kendali hilang, bukan hanya kendaraan yang remuk, tetapi juga masa depan. Semoga dari luka Bobi, lahir kesadaran bersama untuk lebih menghargai hidup di jalanan. (red)
Tags
Anambas