Proxinet Anambas menyediakan layanan Wifi untuk Anda, Harga Terjangkau, Hubungi 0812-7730-6663 Pengelolaan Penyu di Pulau Mangkai Berhasil Ditingkatkan: Kolaborasi LKKPN Pekanbaru, Yayasan Jaga Mangkai dan Pemberdayaan Masyarakat Jadi Kunci

Pengelolaan Penyu di Pulau Mangkai Berhasil Ditingkatkan: Kolaborasi LKKPN Pekanbaru, Yayasan Jaga Mangkai dan Pemberdayaan Masyarakat Jadi Kunci

Tim LKKPN Pekanbaru ketika mengunjungi Kelompok Masyarakat Peduli Penyu. 

Anambas — Sebuah keberhasilan konservasi kembali tercatat di titik terluar Indonesia. Melalui kolaborasi strategis antara pemerintah, masyarakat lokal, dan Yayasan Jaga Mangkai berhasil mewujudkan sistem pengelolaan penyu yang lebih efektif dan berkelanjutan di Pulau Mangkai, bagian dari Kawasan Konservasi Nasional Kepulauan Anambas.


Pulau Mangkai dikenal sebagai salah satu habitat penting peneluran penyu sisik dan penyu hijau di Laut Natuna Utara.

Namun kawasan ini menghadapi tantangan tersendiri: berada di titik terluar, masih minim fasilitas, serta rendahnya pemahaman masyarakat terhadap pentingnya perlindungan penyu.

Melalui inisiatif Friends of Anambas, pendekatan baru diterapkan. Pemerintah, dalam hal ini Kementerian Kelautan dan Perikanan, Direktorat Jenderal Pengelolaan Kelautan, melalui Unit Pelaksana Teknis (UPT) LKKPN Pekanbaru dan didukung Pemerintah Daerah, menggandeng Posal Letung, Polsek Letung, masyarakat lokal, Yayasan Jaga Mangkai, hingga tokoh masyarakat untuk terlibat langsung dalam kegiatan pelestarian, edukasi, pengawasan, hingga pengelolaan ekowisata berbasis konservasi.

"Ini bukan hanya soal menyelamatkan penyu, tapi juga menciptakan kebanggaan baru bagi masyarakat di pulau terluar. Kini, masyarakat menjadi penjaga laut, bukan hanya penonton," ujar Murwanto, Ketua Yayasan Jaga Mangkai yang merupakan masyarakat Desa Keramut.

Salah satu target dari program ini adalah pendirian Pusat Edukasi Konservasi Penyu Spesial Anambas Kawasan Terluar Indonesia (PENYU SAKTI) di Pulau Mangkai.

Gagasan ini bertujuan menjadikan Pulau Mangkai sebagai pusat informasi, penelitian, pendidikan, dan wisata edukatif bagi pengunjung, serta menjadi simbol nyata dari transformasi peran masyarakat dalam menjaga kelestarian hayati.

Menurut PIC Kegiatan Pelestarian Penyu Bapak Ronald Kesatria Sinaga catatan monitoring selama bulan Mei hingga tanggal 20 Juli tahun ini, jumlah sarang penyu yang telah berhasil di inkubasi 648 sarang, meningkat dibanding 2 tahun sebelumnya, 15.400 ekor tukik telah berhasil di rilis.

Tidak hanya itu, keberhasilan penetasan berhasil ditingkatkan mencapai angka rata-rata 96 %, dan kini 7 orang masyarakat Desa Keramut telah dilatih dan aktif sebagai enumerator serta edukator dilapangan.

Program ini juga akan terus dikembangkan untuk membuka peluang ekonomi baru berbasis ekowisata minat khusus, yang tetap mengedepankan prinsip keberlanjutan.

Salah satu upaya yang sedang dilakukan mengembangkan paket wisata edukasi.

"Keberhasilan ini membuktikan bahwa konservasi tidak bisa dilakukan sendiri. Keterlibatan masyarakat adalah fondasi, dan kolaborasi menjadi jembatan yang menghubungkan semua pihak menuju tujuan bersama," ujar Ketua Tim Kerja Perlindungan Pelestarian LKKPN Pekanbaru, Nadia Amalina Daniel.

“Saya berada di Pulau Mangkai, melepasliarkan 372 tukik di sore menjelang malam, melihat langsung 5 ekor penyu hijau mendarat untuk bertelur, ini merupakan pengalaman yang sangat menarik dan luar biasa serta menjadi potensi besar mewujudkan Pulau Mangkai menjadi pusat edukasi penyu karena kita sudah punya data series selama 3 tahun," terang Nadia. 

Pulau Mangkai kini bukan hanya titik terluar negeri, tetapi juga titik terang masa depan konservasi penyu Indonesia. (rls)
Lebih baru Lebih lama