![]() |
| Sertu Idris saat menjaga keamanan di Tarempa. |
Anambas - Malam di Jalan Dermaga, Kelurahan Tarempa, terasa berbeda pada Minggu, 14 September 2025.
Bukan sekadar gemerlap lampu kapal dan riuh pedagang kecil, tapi ada denyut kebersamaan yang membuat suasana terasa aman dan menenteramkan.
Di bawah langit gelap yang dihiasi bintang, langkah-langkah tegas Sertu Taufik Idris Hasibuan bersama warga mengisi jalanan yang biasanya sepi.
Patroli Siskamling kembali hidup. Bukan lagi sekadar cerita masa lalu, melainkan kenyataan yang kini dirasakan masyarakat Tarempa.
Sertu Idris, Babinsa Koramil Tarempa, berdiri di barisan depan. Suaranya lantang namun penuh keakraban saat menyapa satu per satu warga yang ikut serta.
“Keamanan bukan urusan aparat semata, ini tanggung jawab kita bersama,” katanya, menyemangati puluhan warga yang malam itu rela meninggalkan kenyamanan rumah demi menjaga lingkungannya.
Para pemuda Karang Taruna hadir dengan semangat yang membara. Wajah mereka menyiratkan kebanggaan: ikut serta menjaga kampung bukan sekadar tugas, tapi kehormatan.
Sementara perangkat kelurahan ikut berjalan, menandai bahwa sinergi antara masyarakat dan aparat benar-benar nyata.
Rute patroli menyusuri titik-titik vital di Jalan Dermaga. Dari pelabuhan kecil tempat kapal merapat, hingga gang sempit yang pencahayaannya redup. Setiap langkah adalah wujud kepedulian.
Di setiap persinggahan, Sertu Idris mengingatkan pemilik warung yang masih buka agar selalu waspada.
Tak ada nada memerintah, hanya ajakan yang terasa sebagai nasihat seorang saudara.
Di balik patroli itu, ada rasa tenang yang tumbuh di hati warga. Aminah, seorang pedagang kecil, mengaku lega.
“Kalau ada pak Sertu dan warga yang ronda, kami tak lagi cemas. Kami merasa terlindungi,” ujarnya dengan mata berkaca-kaca.
Keamanan bagi dirinya bukan sekadar bebas dari maling, tapi juga keyakinan bahwa ia tidak sendiri.
Bagi sebagian orang, kegiatan siskamling mungkin sederhana. Tapi di Tarempa, inilah wujud nyata persaudaraan.
Ketika suara sandal para pemuda bergesekan dengan aspal, ketika obrolan hangat tercampur tawa di sela ronda, di situlah keamanan bertemu dengan kehangatan.
Data dari Polsek Tarempa mencatat, kasus pencurian dan pemalakan menurun drastis sejak patroli digiatkan kembali.
Namun lebih dari sekadar angka, keberhasilan itu terasa di hati warga yang kini bisa tidur lebih nyenyak, atau berjualan tanpa dihantui rasa takut.
Patroli ini bukan program seremonial.
Ia adalah denyut hidup sebuah komunitas yang enggan tunduk pada ancaman.
Ia lahir dari keyakinan bahwa keamanan adalah hak sekaligus tanggung jawab bersama.
Sertu Idris menyebut, apa yang dilakukan malam itu hanyalah langkah kecil.
Namun bagi warga, langkah kecil itu menjadi pondasi besar yang membuat mereka merasa lebih berarti.
“Kami ikut menjaga, kami ikut melindungi. Inilah kampung kami,” ungkap seorang pemuda Karang Taruna dengan penuh semangat.
Di penghujung malam, setelah tiga jam berkeliling, para peserta patroli kembali berkumpul.
Wajah lelah mereka terselip senyum puas. Tidak ada sorak-sorai, hanya genggaman tangan yang erat. Sebuah simbol sederhana: kebersamaan lebih kuat daripada rasa takut.
Kisah di Tarempa ini mengajarkan, keamanan bukan hanya hadir karena seragam atau kewenangan, melainkan karena rasa saling memiliki.
Malam itu, Jalan Dermaga tidak hanya aman—ia juga hidup, karena di setiap sudutnya ada jiwa-jiwa yang peduli.
Jika di satu kelurahan kebersamaan bisa menghadirkan ketenangan, bayangkan bila semangat itu tumbuh di seluruh Anambas.
Tentu bukan hanya jalanan yang terasa aman, tapi juga hati setiap warganya yang merasa saling menjaga. (red)
Tags
Anambas
