![]() |
Kadisdik Anambas, Tony Karnain. Foto: Junaidi/Bursa Kota |
Anambas – Kucuran dana bantuan operasional sekolah (BOS) untuk Kabupaten Kepulauan Anambas pada tahun 2025 mencapai angka fantastis, yakni Rp 11 miliar. Dana besar itu seharusnya bisa menjadi penopang utama kualitas pendidikan di daerah kepulauan.
Namun, realitas di lapangan jauh dari harapan. Kepala Dinas Pendidikan dan Olahraga (Disdikpora) Anambas, Tony Karnain, menemukan sejumlah sekolah yang justru tidak bijak dalam mengelola dana BOS tersebut.
“Banyak sekolah kurang teliti. Mereka belanja tanpa melihat mana yang jadi prioritas. Mayoritas malah membeli barang-barang yang sebenarnya masih bisa dipakai, seperti laptop tiap tahun,” tegas Tony kepada wartawan, Senin (8/9).
Sorotan tajam Tony bukan tanpa alasan. Saat ia turun langsung ke sekolah, kondisi bangunan banyak yang memperihatinkan. Plafon bolong, dinding retak, dan fasilitas dasar siswa rusak.
“Padahal kerusakan kecil bisa diperbaiki dengan dana BOS. Tidak perlu menunggu rusak parah lalu berharap bantuan dari Pemda,” ujar Tony dengan nada kecewa.
Ia menyayangkan pola pikir sejumlah kepala sekolah yang terkesan hanya ingin ‘instan’. Dana BOS yang fleksibel justru sering digunakan tidak pada sasaran.
Tony menekankan, kenyamanan siswa dalam belajar seharusnya jadi prioritas utama. Bukan sekadar menambah aset yang sebenarnya masih berfungsi.
“Kepala sekolah harus lebih dewasa. Ingat, dana ini bukan untuk gaya-gayaan. Dana ini adalah untuk anak-anak, untuk masa depan pendidikan Anambas,” tegasnya.
Tak hanya itu, Tony bahkan menemukan fakta mengejutkan. Ada sekolah di Anambas yang mendapat dana BOS hampir Rp 500 juta setiap tahun, namun penggunaannya sama sekali tidak jelas.
“Bayangkan, setengah miliar per tahun, tapi kita tidak tahu dipakai untuk apa. Ini tidak bisa dibiarkan,” ungkapnya dengan nada geram.
Bagi Tony, pola semacam ini berbahaya. Selain menghambat pembangunan pendidikan, juga bisa menyeret kepala sekolah pada jerat hukum.
“Kasus di daerah lain sudah banyak. Kepala sekolah masuk penjara karena salah kelola dana BOS. Jangan sampai itu terjadi di Anambas,” ucapnya mengingatkan.
Sebagai langkah nyata, Disdikpora Anambas membentuk tim percepatan dan pengawasan dana BOS. Tim ini akan bekerja ketat mengawasi aliran dana di setiap sekolah.
Menurut Tony, tidak ada lagi ruang bagi sekolah yang bermain-main dengan dana BOS. Transparansi dan akuntabilitas wajib ditegakkan.
“Sekali lagi, dana ini bukan milik pribadi. Ini dana negara untuk kepentingan pendidikan. Kalau ada yang main-main, kami tidak segan menyerahkan ke aparat penegak hukum,” tegasnya.
Ia mengingatkan, besarnya dana BOS harus sebanding dengan hasil nyata di sekolah. Jika bangunan masih rusak, kenyamanan siswa terabaikan, maka patut dipertanyakan kemana sebenarnya dana itu lari.
Tony menilai, selama ini ada kebiasaan buruk di sejumlah sekolah: menunggu rusak parah, baru minta anggaran tambahan ke pemerintah daerah. Padahal dana BOS sudah jelas-jelas bisa dipakai untuk perbaikan.
“Kebiasaan seperti ini harus dihentikan. Kita tidak boleh membiarkan anak-anak belajar di ruang kelas yang bocor, gelap, atau penuh retakan,” katanya.
Ia juga menegaskan bahwa pihak sekolah tidak boleh lagi menggunakan alasan klasik, seperti keterbatasan pengetahuan atau aturan yang membingungkan.
“Kalau tidak paham, tanyakan. Jangan diam lalu salah kelola. Itu hanya cari alasan untuk menutupi kelalaian,” tambahnya.
Lebih jauh, Tony mengingatkan bahwa tanggung jawab kepala sekolah bukan hanya soal administrasi, tapi juga moral.
“Anak-anak adalah tanggung jawab kita bersama. Kalau dana BOS disalahgunakan, sama saja mengkhianati generasi penerus Anambas,” ujarnya dengan suara meninggi.
Ia berharap, ke depan sekolah-sekolah benar-benar mengubah pola pikir. Gunakan dana sesuai kebutuhan riil, bukan sekadar mengejar laporan atau formalitas.
“Perbaiki ruang belajar, lengkapi fasilitas dasar, dan ciptakan lingkungan nyaman. Itu jauh lebih bermakna daripada beli laptop baru setiap tahun,” paparnya.
Tony menutup pernyataannya dengan ultimatum keras. “Jangan coba-coba bermain dengan dana BOS. Siapa yang berani, bersiaplah berhadapan dengan hukum.”
Pernyataan Tony ini jelas membungkam pihak-pihak yang selama ini abai dan bermain-main dengan dana pendidikan. Pesannya tegas: dana BOS adalah amanah, bukan celah untuk keuntungan pribadi. (red)
Tags
Anambas