Proxinet Anambas menyediakan layanan Wifi untuk Anda, Harga Terjangkau, Hubungi 0812-7730-6663 Asap Hitam di Langit Tarempa: Ketika Nyawa Relawan Hampir Hilang di Tengah Simulasi

Asap Hitam di Langit Tarempa: Ketika Nyawa Relawan Hampir Hilang di Tengah Simulasi

Puing RIB BPBD Anambas (kanan) saat ditarik oleh kapal bantuan menuju Pantai Tanjung Momong. Foto: Bayu/Anambas Today

Anambas – Langit Tarempa yang semula cerah mendadak dipenuhi asap hitam pekat, Rabu (3/8) pagi itu.

Dari kejauhan, asap itu terlihat membumbung tinggi di perairan Tanjung Momong.

Banyak orang hanya tersenyum tipis, mengira semua itu bagian dari simulasi bencana yang digelar Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Anambas.

Tak ada yang menduga, di balik asap tebal itu, lima nyawa tengah berjuang lepas dari maut.

Sebuah speed boat milik BPBD terbakar hebat setelah korsleting aki menyambar mesin.

Api menjilat cepat, melahap badan kapal. Panik pecah, tapi anehnya, panik itu tak segera terasa.

Warga dan petugas yang menyaksikan dari daratan masih percaya bahwa semua itu hanyalah sandiwara simulasi.

“Dari RSUD kami lihat asap tebal, ya santai saja karena dikira latihan. Tapi begitu sadar beneran… badan saya gemetar. Apalagi tahu ada lima orang di atas kapal itu,” tutur Rafi, seorang warga, dengan mata yang berkaca-kaca.

Lima orang awak BPBD, termasuk Sekretaris BPBD Wira, terjebak di dalam kapal.

Bayangkan, mereka hanya berniat melaksanakan simulasi—sebuah latihan untuk menyelamatkan orang lain.

Namun di detik itu, justru merekalah yang nyaris kehilangan nyawa.

“Untung semua cepat bergerak. Kalau terlambat sedikit saja, habis sudah mereka dimakan api,” Rafi menambahkan, suaranya bergetar.

Bagi keluarga para awak yang menunggu di rumah, kabar ini tentu lebih dari sekadar peristiwa.

Tak terbayang bagaimana hati seorang ibu, istri, atau anak yang mendengar bahwa orang tercintanya terjebak dalam kapal yang terbakar di tengah laut.

Mereka pasti hanya bisa menahan napas, berdoa, sambil berharap ada kabar selamat.

Kepala BPBD Anambas, Madison, tak bisa menyembunyikan nada seriusnya saat menyampaikan pernyataan.

“Alhamdulillah, anggota kita selamat semua. Kapal sudah kita evakuasi ke Tanjung Momong, laporan segera kami sampaikan ke BNPB,” ujarnya.

Di balik ucapannya, ada rasa syukur bercampur getir: kehilangan bisa saja terjadi, begitu dekatnya.
Insiden ini adalah pengingat yang pahit: bencana tak mengenal aba-aba.

Bahkan di tengah simulasi yang seharusnya penuh kendali, nyawa bisa nyaris melayang.

Para awak BPBD itu hanyalah manusia biasa—mereka yang rela mengabdikan diri menjaga keselamatan orang lain, tetapi hampir saja tak bisa menyelamatkan dirinya sendiri.

Kini, kapal mereka tinggal puing yang hangus. Tapi rasa trauma, rasa syukur, sekaligus kasihan bagi mereka yang mengalami langsung peristiwa itu, akan terus hidup di ingatan.

Peristiwa ini meninggalkan luka batin yang lebih sulit dipadamkan dibanding api yang sudah padam di lautan. (byu)

Lebih baru Lebih lama